Korban, Petius Tabuni dalam kondisi tak bernyawa karena dibacok. Sumber foto: facebook |
Jelang penantian pergantian presiden, orang Papua di Manado Meninggal. Polisi Indonesia bilang akibat miras sebagai pemicu antara kalangan Papua dengan warga disana. Motif mabuk memang tak pernah lepas dari berbagai kasus yang dialami orang Papua selama ini. Padahal, motif sesungguhnya ditutup dengan alasan miras. Tentara Indonesia yang tewas di Papua pembalasannya di luar Papua, itu cara bodok yang sudah diketahui khalayak Papua tapi masih menjadi amunisi dalam operasi teritorial militer Indonesia. Kalau tidak bunuh lalu buang di rel pernah dialami mahasiswa Papua di Jogja. Penyerangan warga dengan mahasiswa di Bandung. Semuanya berakhir dengan alibi bikin resah, mabuk dan seterusnya. Stigma negatif saja yang ditonjolkan. Kejadian itu tak luput dari perhatian media. Tribun Manado melansir dari tondano bahwa Kapolres Minahasa AKBP Ronald Rumondor saat dimintai keterangan menjelaskan kronologi bentrokan di Tataaran Minahasa. Menurut polisi Indonesia, berawal saat pesta syukuran wisuda mahasiswa Papua Unima yang dihadiri kerukunan mahasiswa papua di asrama Papua di Tataaran Patar. Trus, dini hari acara selesai, sejumlah mahasiswa turun ke jalan. Pas di bundaran Tataaran, mereka bertemu dengan warga Tataaran. Pemicu cek cok karena warga menegur mahasiswa Papua yang ribut. Terlebih kedua belah pihak telah meneguk minuman keras. Polisi tersebut bicara bahwa perkelahian pun tak terkendali, dua kubu saling memanggil warga lainnya. Mahasiswa Papua yang tadinya di asrama turun ke jalan, begitu pun warga lainnya. Pimpinan polisi Indonesia mengatakan Mahasiswa yang membabi buta merusak rumah dan mobil warga, memancing amarah warga. Lalu kemudian terjadi saling pukul menggunakan sajam. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak, seorang mahasiswa Papua meninggal. Supaya tertib kembali, dia bilang mereka akan terus lakukan pengamanan dan secepatnya masalah ini dituntaskan," ujar AKBP Ronald. Dengan memanfaatkan orang-orang Indonesia yang tukang maen hakim sendiri, cara ampuh bagi balas dendam yang dilancarkan oknum tertentu demi memenuhi amarahnya. Kasus penyerangan di lapas Cebongan, satu saja fakta balas dendam yang dilakukan secara terbuka demi menjaga eksistensi semata. Cuman, penyerang di jogja terang terangan bicara maksud mereka. Bagaimana dengan upaya balas dendam memanfaatkan mobilisasi masyarakat dengan dalil mabuk atau meresahkan? Kasus di Manado ini contoh yang patut diduga bahwa aktor tertentu sedang mengadakan mobilisasi dengan persiapan matang. Manado bukan daerah seperti Aceh yang trada (jarang) ada toko miras, Manado sudah biasa orang mabuk. Tapi kenapa saat ini baru muncul konflik? Orang Papua di Manado saat ini marah lapis curiga dengan keadaan macam begini. Sampai mereka sudah mau pulang smua ke negeri merek Tanah Papua dengan alasan keadaan tak aman. Masih ingat kah anda, sewaktu Prabowo berencana kampanye pilpres ke Papua, tiba-tiba ada mobilisasi pernyataan kepaka suku yang mengatakan mereka akan mati demi menolak kedatangan Prabowo. Sekarang, dalam hitungan jam pelantikan Jokowi, Papua dibuat panas lagi. Strategi merkury rishing? Bisa saja karena banyak militer Indonesia jebolan Amerika.
Source : Kompasiaana/Arkilaus Baho
Terimah Kasih Atas Kunjungannya, APA YANG TERPIKIR DI BENAK ANDA DENGAN ARTIKEL INI ! ? .
Silakan tinggalkan komentar Anda di bawah ini.. Thanks... Salam Pembebasan ... FREE WEST PAPUA...
Silakan tinggalkan komentar Anda di bawah ini.. Thanks... Salam Pembebasan ... FREE WEST PAPUA...