. ADIK MATI KELAPARAN | Keriting News - Voice Of Tgidoo
TIGIDOO VOICE website | Members area : Register | Sign in

ADIK MATI KELAPARAN

Jumat, 17 Februari 2012

Share this history on :
Dua orang laki-laki kakak beradik hidup di suatu daerah.
Yang kakak sudah dewasa dan yang adiknya masih kecil
sekali. Di sekitar mereka berdua juga banyak sekali
164
penduduk. Pada suatu hari kakaknya menikah dengan
seorang perempuan.
Selama mereka bertiga hidup, perempuan itu kurang
memperhatikan kepentingan adik kecil tersebut. Petatas
yang kecil, keladi yang kecil dan air minum yang kotor
itulah yang menjadi bagian adik kecil. Suatu sore semua
pemuda di kampong itu sepakat untuk pergi memasang
jerat di hutan.
Sebelum berangkat mereka berpesan agar, kaum ibu
mengantar bahan makanan setelah enam hari. Keesokan
harinya mereka berangkat. Adik kecilpun mengikuti
kakaknya.
Selama dua hari mereka di perjalanan dan akhirnya tiba
pada kemah perburuan. Pada malam harinya mereka tidur
nyenyak karena sepanjang hari berjalan jauh. Keesokan
harinya mereka memasang jerat kuskus. Malam kedua
telah lewat dan siang hari tiu mereka mendatanggi jeratjerat
itu. Ternyata banyak sekali kuskus besar dan kecil
yang terjerat. Kuskus itu dibawah ke rumah masingmasing.
Sementara itu bahan makanan telah habis karena
itu selama dua hari mereka tidak menikmati makanan.
Ibu-ibu yang sudah dipesan itu belum kunjunggi tiba. Adik
165
kecil itu hanya tidur-tiduran saja karena amat lapar
sedangkan kakaknya mendatanggi jerat lagi kalau-kalau
kuskus terjerat.
Pada siang hari istri kakaknya tiba dengan beberapa noken
petatas masak dan mentah. Ibu itu melepaskan noken
petatas masak dan keladi di sebelah tungku api. Ia tidak
memberikan petatas dan keladi kepada adik kecil yang
sedang lapar sekali itu, pada hal adik kecil itu sementara
amat lapar. Karena itu adik kecil tetap tidur-tiduran saja.
Sore hari kakaknya muncul, ia amat senang sebab istrinya
sudah tiba. Istri memberikan sejumlah petatas masak
kepada suami. Tanpa berpikir panjang kakaknya makan
petatas dan keladi itu dengan menutup mata. Ia makan
terus sampai habis. Seusai kakaknya makan, adik kecil
yang sedang amat lapar ini menyanyikan sebuah gowai
(puisi) sebagai berikut “kakakku, kakakku bukan kakakku
lagi, dengarkanlah kataku, seruanku, adikmu, akulah
adikmu, kososnglah isi perutku, lepaslah ususku, putuslah
ususku, inilah nasibku”.
Seusai gowai (puisi) ini diucapkan adik kecil
menghembuskan nafas terakhir. Disinilah kakaknya
menyadari bahwa istri tidak memberi makan kepada
adiknya, maka ia mengambil busur anak panah lalu
membunuh istrinya. Dengan demikian mayat adiknya serta
166
istrinya di letakkan diatas sebuah para-para lalu pulang ke
rumahnya dan hidup selama-lamanya.
Terimah Kasih Atas Kunjungannya, APA YANG TERPIKIR DI BENAK ANDA DENGAN ARTIKEL INI ! ? .
Silakan tinggalkan komentar Anda di bawah ini.. Thanks... Salam Pembebasan ... FREE WEST PAPUA...
Terimah Kasih Atas Kunjungannya .
BERSAMA KEBENARAN SEJARAH SANG BINTANG KEJORA..
MERDEKA...

0 komentar:

Posting Komentar