Pemanasan global mulai memperlihatkan dampaknya pada penghuni
Bumi. Bukti keberadaannya kali ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia dengan
foto dari satelit NASA mengenai kondisi es di Puncak Jaya, Papua.
Imaji satelit yang dirilis pekan lalu oleh NASA menunjukkan
hilangnya gletser di Puncak Jaya yang merupakan bagian dari Barisan Sudirman.
Puncak Jaya memiliki nama lain Carstenz Pyramid, warga lokal menyebutnya
Ndugu-Ndugu.
Foto diambil menggunakan Thematic Mapper (TM) di Landsat 4 dan
5. Di ketinggian 4.884 meter, foto satelit NASA membandingkan kondisi gletser
di tahun 1989 dan 2009. Tahun 1989, ada lima gletser di Puncak Jaya. Namun, 20
tahun kemudian, tepatnya pada 2009, dua dari lima gletser itu hilang sama
sekali. Sedangkan sisa tiga gletser lainnya berkurang secara drastis.
Menurut Ardheshir Yaftebbi, salah satu pendaki dalam ekspedisi
7 Summits yang mencapai puncak Carstenz Pyramid -puncak tertinggi di komplek
Pegunungan Jayawijaya- pada April 2010, ia dan timnya menjadi saksi penyusutan
es.
"Saat itu kita melihat salju (di sekitar Carstenz
Pyramid) hanya tinggal dua kilometer persegi. Di tahun 1930, salju itu mencapai
20 kilometer persegi," kata Ardhesir saat berbincang dengan National
Geographic Indonesia, Rabu (5/9).
Ditambahkannya hal ini sangat menyedihkan karena Puncak Jaya
merupakan satu-satunya lokasi di Indonesia yang memiliki es. "Jayawijaya
disebut sebagai es abadi, tapi ternyata diprediksi tidak akan ada salju lagi
pada lima hingga sepuluh tahun mendatang," ujar Ardeshir yang juga Ketua
Tim Ekspedisi 7 Summits yang dimulai tahun 2010 dan berakhir pada Juni 2012.
Carstenz Pyramid masuk sebagai tujuh puncak tertinggi di
dunia. Bersama dengan Gunung Kilimanjaro (Tanzania, Afrika), Elbrus (Eropa),
Aconcagua (Amerika Selatan), Denali (Amerika Utara), Vinson Massif (Antartika),
dan Everest (Nepal, Asia).
Gambar: Voice Of Tigidoo |
Dengan kondisi suhu Bumi saat ini, NASA memprediksi seluruh
gletser di Papua akan musnah pada 20 mendatang. Para peneliti juga sudah
menyebutkan, hal ini terjadi karena berbagai faktor. Seperti perubahan suhu,
kelembapan, hujan, dan pergerakan awan. Kondisi iklim dan penggundulan hutan
juga turut berpartisipasi.
"Ini bukan peringatan pertama dan bukan hanya terjadi di
negara kita. Es di Antartika juga mencair dan berada pada titik terendah,"
kata Direktur Program Iklim dan Energi WWF Nyoman Iswarayoga.
Untuk mencegah perubahan iklim lebih lanjut bisa dilakukan
beberapa hal, baik secara kolektif maupun individu. Kolektif bisa berwujud
gerakan masyarakat yang diwadahi pemerintah. Sedangkan gerakan individu dimulai
dengan perubahan gaya hidup yang lebih "hijau.
Sumber: http://sains.kompas.com
Terimah Kasih Atas Kunjungannya, APA YANG TERPIKIR DI BENAK ANDA DENGAN ARTIKEL INI ! ? .
Silakan tinggalkan komentar Anda di bawah ini.. Thanks... Salam Pembebasan ... FREE WEST PAPUA...
Silakan tinggalkan komentar Anda di bawah ini.. Thanks... Salam Pembebasan ... FREE WEST PAPUA...
0 komentar:
Posting Komentar