. Keriting News - Voice Of Tgidoo: GENOCIDE
TIGIDOO VOICE website | Members area : Register | Sign in


Tampilkan postingan dengan label GENOCIDE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label GENOCIDE. Tampilkan semua postingan

Sejarah Kelam Genosida Papua Barat 1970 yang Baru Terungkap

Sabtu, 26 Oktober 2013


Laporan terbaru yang disusun Asian Human Rights Commission (AHRC) Hongkong menyatakan bahwa Indonesia menggunakan helikopter yang disuplai Australia dalam genosida atau pembunuhan massal terhadap warga sipil di Papua Barat pada era 1970-an. Selain itu, ada dua helikopter milik Iroquois (kumpulan rakyat pribumi Amerika Utara) yang dikerahkan militer Indonesia ke dataran tinggi Papua antara tahun 1977-1978.

Menurut AHRC, operasi militer ini menyebabkan lebih dari 4.000 warga pribumi Papua tewas, kebanyakan akibar serangan udara dari helikopter serta pesawat Bronco OV-10 milik Amerika Serikat.

Dalam laporan AHRC dipaparkan kekejaman pasukan Indonesia yang dianggap bersikap "brutal dan tidak berperikemanusiaan". Beberapa korban selamat menyampaikan kepada AHRC bahwa pasukan memaksa warga Papua untuk memakan tinjanya sendiri, sementara mereka yang ditahan oleh militer dipaksa berbaris dan ditembaki secara membabi buta. Wanita Papua juga tidak luput dari tindak kekerasan seksual. Beberapa wanita ada yang dikubur, dibakar, bahkan direbus hidup-hidup.

Pada laporan yang risetnya memerlukan waktu 3 tahun ini, disebutkan bahwa pejabat tinggi militer Indonesia, termasuk mantan presiden Soeharto, terlibat dalam pembunuhan massal Papua Barat.

"Lamanya pemerintahan otoriter di bawah Soeharto telah benar-benar membungkam rakyat Indonesia untuk tidak membahas sejarah kelam terkait Papua," kata Basil Fernando, direktur AHRC untuk pengembangan kebijakan dan program.

"Tanpa kesadaran dari pemerintah dan masyarakat Indonesia akan kebobrokan yang terjadi di Papua, konflik di daerah itu akan terus terjadi. Seharusnya ada usaha sendiri dari pemerintah untuk menegakkan keadilan bagi rakyat Papua, salah satunya adalah dengan memenuhi hak mereka akan kebenaran," lanjut Fernando.

Sementara itu, Jennifer Robinson dari International Lawyers for West Papua meyakini bahwa laporan genosida Papua Barat yang dibuat AHRC "tidak terhingga nilainya".

"Sudah terlalu lama Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan komunitas internasional mengabaikan penderitaan rakyat Papua Barat akibat kejahatan Indonesia. Tanpa kesadaran dan keadilan, tidak akan ada kedamaian di Papua," kata Robinson.

Source: www.jawaban.com

Pendeta Yunus Gobai ( 55 Tahun ) di tangkap dianiaya dan di Siksa di Polsek Kota Enarotali Paniai.

Kamis, 07 Maret 2013

Ilustrasi Kekerasan di Papua

Hari Sabtu Tanggal 02 Maret 2013 Jam 8.30 00 wp. Pendeta Yunus Gobai 55 tahun di tangkap dan di siksa Oleh Polisi Polsek Kota Enarotali dan Brimob BKO Polda Papua akibat dari pukulan itu mengeluarkan darah melalui hidung , bibir bagian atas , bibir bagian bawah picah lalu mengeluarkan darah, luka lecet di tangan, benjolan di kepala, dan luka di kepala, sesudah itu di masukan dalam sel polsek Kota Enarotali.

Pihak keluarga menghadap Polsek Paniai untuk di bebaskan tetapi pihak kepolisian Paniai minta Uang tebusan untuk di bebaskan , sehingga keluarga Bapak Pendeta Yunus Gobai Kumpul –kumpul Uang mau bayar polisi , tiba-tiba seorang anggota DPRD Paniai datang kasih keluar uang Rp 1 000 000,- ( Satu juta rupiah ) langsung serahkan kepada pihak Polisi Polsek Paniai , lalu di bebaskan Jam 10 30 wp langsung di bawah pulang oleh keluarganya ke kampung halamannya .

Pendeta Yunus Gobai Mantan Gembala sidang Jemaat KINGMI Maranatha Nabire ini , Selama Bapak Pendeta Yunus Gobai menjadi Gembala sidang dia menderita 2 penyakit selalu bergantian yaitu Penyakit ayang ( Mati-mati ayang ) dan Gangguan Jiwaan ( teriak sembarang atau lari-lari sambil teriak-teriak ). Sementara Bapak Pendeta Yunus Gobai berada di Kota Enarotali kebetulan dekat polsek Paniai Enarotali , salah satu penyakitnya itu muncul yaitu Penyakit gangguan kejiwaan sehingga berteriak sembarang atau mengucapkan kata-kata kurang di terima oleh orang lain di hadapan pihal polisi seperti orang gila. Namun demikian pihak kepolisian tidak melihat penyakit gangguan jiwa yang di derita oleh bapak Pendeta ini .

Demikian laporan Singkat Kronologis penagkapan dan penyiksaan terhadap seorang Pendeta di Enarotali Paniai.


Nabire, 02 Maret 2013 AKTIVIS HAM KPKC KINGMI DI TANAH PAPUA 
Source; tabloidjubi.com

komenta berita terbaru