. Keriting News - Voice Of Tgidoo: National Geographic West Papua
TIGIDOO VOICE website | Members area : Register | Sign in


Tampilkan postingan dengan label National Geographic West Papua. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label National Geographic West Papua. Tampilkan semua postingan

Burung Paling Indah Dan Menarik Di Dunia

Minggu, 03 Maret 2013


Ada lebih dari tiga lusin spesies dalam keluarga Paradisaeidae, atau lebih dikenal dengan bird of paradise. Ada sekitar 13 Genus dari burung-burung ini dan yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea. Di Indonesia kita menyebutnya dengan burung cendrawasih. Bercirikan dengan warna yang mencolok dan cerah, bulu berwarna kuning, biru, merah, dan hijau. Dengan warna-warna yang demikian mereka menjadi burung paling indah dan menarik di dunia, sehingga disebut sebagai burung dari surga. Burung cendrawasih banyak ditemukan di Papua atau Papua Nugini dan pulau-pulau sekitarnya, termasuk juga Australia Timur. Sayangnya keberadaan burung ini semakin berkurang seiring dengan banyaknya perburuan liar yang tidak bertanggung jawab


1.Lesser bird of paradise (Paradisaea minor)
The Lesser bird of paradise dikenal dengan nama Cendrawasih kuning kecil. Burung ini berukuran sedang dengan panjang sekitar 32 cm, berwarna merah-coklat dengan mahkota kuning dan punggung atas kuning kecoklatan.

Lesser bird of paradise
Burung jantan memiliki tenggorokan berwarna zamrud-hijau tua, sepasang ekor panjang dan dihiasi dengan bulu hiasan sayap yang berwarna kuning di daerah pangkal berwarna putih di daerah luarnya.
Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, memiliki kepala berwarna coklat tua, dada berwarna putih dan tanpa dihiasi bulu-bulu hiasan. Daerah penyabaranya meliputi seluruh hutan bagian West Papua, Papua Nugini, dan pulau-pulau di dekat Misool .

2.Raggiana bird of paradise (Paradisaea Raggiana)
The Raggiana bird of paradise dikenal juga dengan nama Count Raggi’s bird of paradise. Burung ini juga yang paling dikenal sebagai burung Cendrawasih. Habitat burung ini terdistribusi secara luas di Pulau Papua selatan dan timur laut.

Raggiana bird of paradise
Memiliki panjang 34 cm panjang, berwarna merah-coklat keabu-abuan, iris kuning dan kaki berwarna cokelat keabu-abuan. Burung jantan memiliki mahkota kuning, tenggorokan zamrud-hijau tua dan kerah kuning di antara tenggorokan.
Warna bulu sayap bervariasi dari merah ke jingga tergantung subspesies. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat dan tidak punya bulu-bulu hiasan.

3.Astrapia Ribbon-tailed (Astrapia mayeri)
Ini adalah salah satu burung cendrawasih yang paling spektakuler. Namanya Astrapia Ribbon-tailed dan memiliki bulu ekor terpanjang dalam kaitannya dengan ukuran tubuh, panjangnya mencapai lebih dari tiga kali panjang tubuhnya.

Ribbon tailed bird of paradise
Panjang burung dewasa mencapai 32 cm dengan ekor burung jantan yang bisa mencapai 1 meter. Burung jantan memiliki warna hitam dan hijau zaitun sedangkan burung betina berwana coklat. Burung jantan memilki ekor panjang berbentuk pita berwarna putih. Daerah penyebarannya ada di bagian Pegunungan tengah Pulau Papua.

4.Blue bird of paradise (Paradisaea rudolphi)
Namanya mengingatkan nama salah satu angkutan Taksi di Indonesia. Burung ini berukuran sekitar 30 cm, berwarna hitam, iris warna coklat gelap, kaki abu-abu. Burung jantan dihiasi dengan bulu sayap dengan dominasi warna ungu biru . Sehingga disebut juga dengan Cendrawasih Biru.

Blue bird of paradise
Blue Bird of Paradise adalah burung endemik Papua Nugini. Daerah penyebarannya meliputi pegunungan tenggara Papua Nugini dan Papua.

5.Riflebird Paradise (Ptiloris paradiseus)
Kalau anda pernah melihat film Planet Earth, maka anda akan melihat burung ini. Burung ini memiliki panjang sekitar 30 cm dengan burung jantan berwarna hitam dengan warna-warni mahkota biru kehijauan, kaki hitam, iris coklat gelap dan mulut kuning. Burung betina jenis ini berwarna coklat zaitun.

Riflebird of paradise
Merupakan endemik di Australia timur, Riflebird juga tersebar di hutan hujan di New South Wales , pusat Queensland dan Papua New Guinea/Papua. Burung jantan dapat mengembangkan sayapnya dan memamerkannya seraya bergerak ke kanan dan ke kiri di hadapan burung betina untuk memikat mereka.


6.Red bird of paradise (Paradisaea rubra)
Kita menamakannya Cendrawasih Merah, panjang sekitar 33cm berwarna kuning dan coklat, serta berparuh kuning. Burung jantan dewasa bisa mencapai 72cm termasuk bulu-bulu hiasannya yang berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya.

Red bird of paradise
Bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Merupakan endemik dari Indonesia, Cendrawasih Merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, Maupun Seluruh Pulau Papua.

7.Lawes’s Parotia (Parotia Lawesii)
Parotia lawesii berukuran sedang sampai dengan 27 cm). Daerah penyebarannya meliputi hutan pegunungan di tenggara Papua dan timur Papua Nugini.

Parotia lawesii
Burung jantan memiliki warna hitam dengan kening putih, warnawarni tengkuk biru ungu dan emas bulu dada hijau. Dihiasi dengan tiga kawat hias kepala dari belakang setiap mata dan memanjang mengapit bulu yang berwarna hitam. Burung betina berwarna coklat dengan kepala burung gelap, iris kuning dan gelap.

8.King of Saxony bird of paradise (Pteridophora alberti)
King of Saxonyi adalah sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar 22cm. Burung jantan dewasa mempunyai bulu berwarna hitam dan kuning tua, dikepalanya terdapat dua helai bulu kawat bersisik biru-langit mengilap seperti panji yang panjangnya mencapai 40cm dan dapat ditegakkan pada waktu memikat betina. Oleh karenanya burung ini dimakan Cendrawasih Panji.

King of saxony bird of paradise
Bulu mantel dan punggung tumbuh memanjang berbentuk tudung berwarna hitam. Iris mata berwarna coklat tua, kaki berwarna abu-abu kecoklatan dan paruh berwarna hitam dengan bagian dalam mulut berwarna hijau laut.
Burung betina berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis-garis dan bintik gelap. Betina berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi mantel atau bulu kawat hiasan. Daerah penyebarannya ada di hutan pegunungan pulau Papua.

9.Wilson’s Bird of Paradise (Cicinnurus respublica)
Wilson’s Bird of Paradise berukuran lumayan kecil sampai dengan 21 cm. Burun jantan adalah berwarna merah dan hitam dengan jubah kuning di leher, mulut hijau muda, kaki biru dan dua bulu ekor berwarna ungu yang melengkung. Semetara itu betina berwarna kecoklatan dengan mahkota biru.

Wilson’s bird of paradise
Merupakan endemik Indonesia, dengan daerah penyebaran di bukit dan hutan hujan dataran rendah Kepulauan Waigeo dan llebih Luasnya Di Pulau Papua.

10.Princess Stephanie’s Astrapia (Astrapia stephaniae)
Stephanie Astrapia berukuran sekitar 37 cm, burung ini berwarna hitam dengan warna-warni kepala biru-hijau dan ungu, disamping itu memiliki bulu ekor panjang hitam keungunan.

Princes’s Stephanie bird of paradise
Burung betinanya berwarna coklat gelap dengan kepala hitam kebiruan. Habitat aslinya ada di pegunungan di pusat dan timur Papua Nugini.

Struktur Mirip “Tembok” Lurus di Dalam Laut Utara Papua

Rabu, 27 Februari 2013


Bagi bangsa Indonesia, Nuswantara (Nusantara) dikenal juga mencakup hingga ke tanah Irian Jaya (pulau Papua). Salah satu pulau terbesar di dunia ini banyak mengandung misteri yang belum terungkap.

Ternyata di perairan utara dari salah satu pulau terbesar itu juga tersimpan suatu misteri yang menakjubkan!

Saat Bumi di zaman es ribuan tahun yang lalu, pulau Irian jauh lebih besar. Bagian selatannya masih menyambung dengan benua Australia.

Begitu juga di bagian pesisir utara pulau Papua, daratannya lebih luas dari yang sekarang. Daratannya masih jauh menghampar ke tengah laut beratus kilometer karena permukaan laut pada waktu itu masih lebih dangkal dibandingkan pada masa sekarang.

Permukaan laut yang masih dangkal atau masih rendah tersebut disebabkan karena wilayah hamparan es di kutub utara dan kutub selatan belum banyak mencair seperti sekarang.

Dilepas pantai bagian utara dari pulau besar ini diperkirakan terdapat struktur bangunan mirip “beteng” (awam: benteng) yang panjangnya 110 km dan tingginya setinggi gunung: 1860 meter, dengan lebar 2700 meter!

Jika dilihat, struktur ini lebih mirip “dinding” atau “tembok”. Dan hebatnya lagi tembok ini lurus memanjang secara sempurna sepanjang 110 kilometer!

Jika benar, jelas beteng seperti ini tidak mungkin dibuat oleh peradaban manusia kera ataupun manusia primitif, mengingat bangunan tertinggi di abad modern saat ini saja, tingginya baru sekitar 800 meter yaitu menara Dubai. Sedangkan bangunan ini sudah menjulang 1860 meter atau lebih dari 2 kali tingginya Dubai Tower!

Bangunan ini tidak mungkin dibangun oleh masyarakat yg hanya bersenjata sumpit, pedang, keris dan tombak, dan juga tak mungkin dibangun oleh masyarakat yg alat transportasinya sebatas keledai, kuda dan pedati.

Struktur itu berada dilaut lepas tak jauh dari kota terbesar dan juga ibukota Papua, Jayapura. Oleh karenanya untuk sementara ini struktur tersebut dinamai Jayapura Wall atau Tembok Jayapura.

Dengan menggunakan google map, koordinat beteng menakjubkan tersebut terlihat berada di samudera Pasifik, yaitu di bagian utara dari pulau Papua (Irian Jaya) pada 1°59’46.9”S dan 141°29’24.6239”E


VIDEONYA

Source:http://forum.viva.co.id

Perkebunan Sawit Mengancam Hutan Tropis dan Manusia Papua

Minggu, 17 Februari 2013

home.snafu.de

Papua adalah daerah konflik. Salah satu penyebab utamanya adalah kekayaan sumber daya alam. Kepentingan ekonomi dan politik dalam eksploitasi alam dan sumber dayanya berarti bahwa militer dan intelijen selalu menempatkan diri di Papua. Kenyataan ini mencegah kebebasan mobilitas. Penduduk Papua terdakwa sebagai separatis, dan aktivis lingkungan berisiko dianggap sebagai pendukung separatis. Ini adalah ancaman serius untuk kehidupan dan badan dari para aktivis.

Akibat dari konflik tersebut suasana ketakutan dan ketidakpercayaan selalu muncul. Orang seringkali tidak berani untuk menolak atau mengorganisir. Kepercayaan dari keduabelah pihak (masyarakat setempat dan pemerintah RI) hanya dapat dibangun dengan semangat penuh secara perlahan-lahan.

Kemiskinan penduduk di satu sisi dan kekayaan sumber daya di sisi lain berarti bahwa banyak juga orang Papua sendiri yang terlibat dalam korupsi. Kaum elit di Papua telah dibentuk untuk ikut mengobral tanah Papua kepada industri kayu dan perusahaan kelapa sawit. Masalah dan resiko yang lain adalah: Kekurangan infrastruktur di daerah yang sangat besar. Perjalanan atau transportasi relatif mahal, butuh waktu lama dan sangat sulit.

Hutan terakhir di Asia Tenggara berada di Papua. Namun keadaannya sangat terancam oleh penggundulan hutan, pertambangan dan perkebunan. Sementara 80% dari populasi masyarakat Papua masih tergantung sepenuhnya dari hutan dan sebagian masyarakat masih hidup sebagai pemburu dan peramu. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka banyak kehilangan tanah tradisionalnya. Hilangnya hutan punya dampak yang kuat pada masyarakat, karena hilangnya hutan menghancurkan mata pencaharian mereka. Lahan berburu hilang, sungai yang mengering, sehingga mereka hampir tidak mendapatkan ikan, dan dengan demikian masyarakat semakin miskin.

Sejak 2007 serbuan industri perkebunan di tanah Papua dimulai, dengan tujuan produksi tanaman yang akan digunakan untuk energi dan transportasi. Masyarakat adat Papua sangat terdesak oleh perkembangan yang pesat sekarang ini. Mereka kehilangan akses mengunakan tanah mereka selama-lamanya. Masalah terbesar dalam sengketa atas tanah adalah hak atas tanah yang tidak dijamin oleh negara.

Gerakan untuk menyelamatan hutan dan hak-hak masyarakat adat oleh karena banyaknya permasalahan belum terbentuk sama sekali. Penyebab utamanya adalah lapisan masyarakat yang menolak perusakan hutan, eksploitasi sumber daya alam dan rancangan ekspansi ekonomi yang tidak memiliki peluang oleh karena kekuatan bisnis, politik dan militer. Juga oleh karena itu masyarakat adat dan LSM di Papua terlalu lemah untuk menentang rencana ekspansi industri sawit. Selain itu, LSM internasional dan LSM Indonesia hampir tidak terlihat di Papua.

Masalah lainnya adalah perjanjian antara pemerintah dan pengusaha pada umumnya dilakukan tanpa konsultasi, keterlibatan, dan persetujuan dari masyarakat setempat. Karena itu protes sering terhambat, dibungkam atau dijawab dengan kekerasan.

Tanah dan Hutan Papua telah terbagi-bagi seperti ‚KUE’

Sepuluh tahun yang lalu, pada akhir rejim Suharto, Papua masih padat hutan dibandingkan dengan daerah-daerah yang lain di Indonesia. Setelah Suharto mengundurkan diri (1998), Papua ditimpa oleh mafia liar dalam mencari kayu tropis, dan Papua menjadi wilayah utama operasi mafia kayu internasional. Hutan Papua telah menjadi medan konflik antara kepentingan nasional dan lokal, dan konflik-konflik pasti akan berlangsung dalam waktu panjang. Bahkan tidak pernah akan ada penyelesaian secara tuntas.

Sejak tahun 2001, Papua dibagi ke dalam beberapa kabupaten dalam rangka otonomi khusus. Segera setelah pembagian tersebut banyak perusahaan kayu memasuki Papua. Tahun 2001, Departemen Kehutanan mensahkan konsesi penebangan (HPH, Hak Pengusahaan Hutan) kepada 54 perusahaan baru. Perusahaan-perusahaan tersebut membagi-bagi Papua dibawah sepengetahuan mereka sendiri. Mereka bersama-sama menguasai sepertiga dari luas total wilayah Papua. Menurut data pemerintah, HPH lebih dari 14 juta hektar dialokasikan kepada perusahaan kayu: diantarnya di daerah Kepala Burung, di wilayah sekitar Teluk Bintuni, di wilayah Utara, dan di wilayah Selatan di kabupaten Boven Digul dan Mappi. Pengecualian berlaku hanya di daerah daratan tinggi. Hampir satu juta hektar berada di tangan industri kertas, dan lebih dari setengah juta hektar milik perusahaan perkebunan. Ditambah lagi ada beberapa konsesi untuk pertambangan. (lihat juga peta HPH di http://www.papuaweb.org/gb/peta/fwi/05.jpg). Izin konsesi lahan menunjukan bahwa untuk Industri kayu (HPH), 14.410.351 ha; Industri kertas (HTI), 916.397 ha; dan Perkebunan (HGU), 570.497 ha. Hal ini menunjukkan bahwa tanah dan hutan Papua dibagi-bagi seperti ‘kue, atas nama pembangunan. Pertanyaannya adalah masyarakat adat pemilik hak itu dapat apa dari ‘kue’ yang dibagi-bagi itu?

Pembagian „kue Papua“ berdasarkan HPH mempunyai beberapa dampak yang tidak diinginkan. Dalam periode 2001 sampai 2008, jadi hanya dalam waktu tujuh tahun, penebangan sah oleh HPH meningkat sekitar sepuluh kali lipat. Karena izin HPH pada umumnya yang mendasari tindakan penyalahgunaan, maka penebangan liar juga telah meningkat drastis, hingga 90%; tidak ada daerah lain di Indonesia dengan prosentase yang begitu tinggi. Karena itu, impor kayu tropis liar dari Indonesia seringkali berarti sumbernya adalah Papua. Jika hutan Papua yang mempunyai keanekaragaman hayati luarbiasa dan unik terus-menerus dimusnahkan dengan begitu pesat, maka punahnya hutan dalam beberapa tahun mendatang menjadi jelas.

Dalam beberapa tahun terakhir ini penebangan hutan telah merubah kehidupan masyarakat adat dalam waktu sangat singkat. Masyarakat kehilangan hutan, sekaligus kehilangan akses pemanfaatan sumber-sumber daya, yaitu sagu, akar-akaran, binatang buruan, dan tanaman serat. Konflik baru telah muncul yang menghancurkan harapan untuk masa depan.

Perkebunan Sawit: Meledaknya bahan bakar agrofuels menyebabkan meluasnya ekspansi perkebunan secara besar-besaran

Hutan tropis di Papua hampir tidak mempunyai kesempatan untuk bertahan, karena muncul ancaman baru yakni minyak sawit. Pemerintah Indonesia bereaksi atas kebutuhan energi dunia dengan perencanaan 20 juta hektar perkebunan sawit Papua berkenan menyediakan tujuh juta hektar. Ini bisa berarti bahwa 9,3 juta hektar hutan konversi diperuntukkan bagi perkebunan. Perjanjian pertama untuk perkebunan besar-besaran termasuk infrastruktur terkait telah ditandatangani pada bulan Januari 2007. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dibilang menekan Papua agar rencana dari Jakarta diterima. Artinya, demi biofuel menurut keinginan Jakarta, Papua harus takluk.

Di Papua terdapat beberapa perkebunan yang sudah lama ada di daerah tersebut. Perkebunan sawit yang lebih besar dan yang "produktif" saat kini hanya terdapat di wilayah dekat Jayapura (Lereh, Arso) dan Boven Digul (Korindo), semua wilayah tersebut memiliki produksi yang sangat rendah. Pengalaman dengan perkebunan tersebut adalah pengalaman yang memprihatikan. Sepuluh kali lebih banyak hutan yang ditebang dari pada yang ditanam dengan kelapa sawit. Dampak negatif lainnya adalah banjir di Lereh, pelanggaran hak asasi manusia di Arso dan di perkebunan Korindo di Boven Digul, masyarakat adat kehilangan tempat pemburuan. Hal ini mengakibatkan peningkatan kemiskinan, penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi, dan kelaparan. Juga stress dan trauma berkepanjangan akibat masyarakat tidak berdaya di hadapan kekuasaan pemerintah Indonesia.

Adanya kaitan erat antara perekonomian perkebunan dan penggundulan hutan untuk lahan perkebunan, hutan harus ditebang habis dan sisanya seperti akar-akaran dimusnahkan dengan api. Tidak hanya di Papua, juga di Kalimantan dan Sumatra perusahaan kelapa sawit memiliki lahan jauh lebih banyak daripada lahan yang ditanami.

Pada Januari 2007 pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian pertama yang besar dan relevan untuk Papua. Perusahaan Indonesia Sinar Mas Grup akan mengelola satu juta hektar perkebunan sawit, perusahaan minyak nasional asal Cina CNOOC akan membangun infrastruktur yang diperlukan. Media Indonesia menyebutkan salah satu donatur proyek ini adalah KFW dari Jerman (Kreditanstalt für Wiederaufbau - bank negara/IBRA) atau anak perusahaanya swasta yaitu DEG sebagai donor. Sementara itu , perealisasian proyek tersebut goyang. DEG sepertinya telah memundurkan diri dari proyek tersebut, dan Sinar Mas mengakui adanya "risiko".

Namun demikian Jakarta melakukan tekanan yang kuat terhadap Papua supaya menerima maksud dari ekspansi. Di sisi lain perusahaan-perusahaan mempunyai ketertarikan atas bisnis yang menguntungkan pihaknya ini dan sibuk bernegosiasi pada semua tingkatan:dengan para gubernur dan dengan bupati masing-masing. Perkebunan secara besar direncanakan di Pantai Utara (Sarmi, Jayapura), di daerah Kepala Burung (Manokwari, Sorong) dan di tiga Kabupaten di daerah Selatan: Merauke, Boven Digul, dan Mappi. Di bagian Selatan saja, tiga juta hektar perkebunan sawit akan didirikan, termasuk Merauke dengan 1,3 juta hektar.
Hutan Papua akan dikonversi menjadi perkebunan. Konglomerat international telah bersiap di sekitar wilayah setempat, Perjanjian pada tiga tingkatan: negara, propinsi, kabupaten sudah tentu ada untuk "Pembiayaan infrastruktur" dengan alasan meningkatkan akses kemudahan di bagian Utara: Sarmi, Jayapura; Selatan: Boven Digul, Mappi, Merauke dan Barat: Sorong, Manokwari.

Perencanaan muncul pada ‘meja hijau hutan belantara’, seperti digambaran dengan penggaris begitu saja di atas kertas. Perusahaan sawit berada disekitar wilayah sejak Mei 2007 dan mencoba menpengaruhi para pengambil keputusan di bidang politik dan juga gereja, dengan menjanjikani akan memberikan investasi di bidang pendidikan dan infrastruktur. Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa perusahaan telah berhasil memperoleh hak atas puluhan ribu hektar tanah. Masyarakat tidak mempunyai hak atas partisipasi. Ternyata, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui apa yang akan menimpa mereka. Namun sebagian dari mereka menolak hilangnya hutan dan hak atas tanah mereka .

Masih dipertanyakan, apakah perkebunan besar-besaran ini bisa direalisasikan sesuai dengan yang direncanakan. Pihak perusahaan juga mengetahui bahwa investasi dibidang agro-industri yang belum layak di sebuah wilayah dengan infrastruktur yang buruk dan bahaya keamanan serta politik yang tinggi menggambarkan adanya sebuah resiko perekonomian. Namun satu yang pasti bahwa Pembagain KUE hutan harapan terakhir di Asia, terutama di Indonesia telah berlangsung di Tanah Papua. Tanah milik orang adat Papua itu telah terancam, termasuk orang adatnya sendiri.

Oleh Marianne Klute, Watch Indonesia!


DRAF NASIB BANGSA WEST PAPUA YANG DI GANTIKAN OLEH AMERIKA DAN PBB

Senin, 28 Januari 2013


SEJARAH TANAH PAPUA DAN TIMUR LESTE ADALAH SAMA, NEGARA MERDEKA YANG SUDA DI DAFTAR OLEH BELANDA DAN PORTUGIS DI AGENDA PBB DALAM MASA YANG BERBEDA.

HANYA SAJA PAPUA SEBELUM MENGADAKAN NEW YORK AGREEMENT 15 AGUSTUS 1962, SETELAH KONTRES PERTAMA 1961 BELANDA TELAH DI DAFTARKAN DRAF KENEGARAAN BANGSA PAPUA BARAT DI AGENDA PBB, TETAPI DRAF KENEGARAAN BANGSA PAPUA BARAT TESEBUT DI GANTIKAN DENGAN DRAF NASIB BANGSA PAPUA OLEH AMERIKA DAN PBB DEMI KEPENTINGAN KEKAYAAN ALAM PAPUA.

SETELAH BERHASIL DI GANTI DRAF TERSEBUT, PRESIDEN SUKARNO MENYERAHKAN GUNUNG EMAS DI PAPUA SEBAGAI KADO KEPADA AMERIKA DAN PBB.
NEW YORK AGREEMENT ADALAH SEBUAH PERJANJIAN ANTARA PBB, AMERIKA, DAN BELANDA UNTUK MENYERAHKAN PAPUA MELALUI UNTEA KEPADA INDONESIA.

SEBELUM 2 TAHUN INDONESIA DI NYATAKAN SAH KNRI AMERIKA DAN INDONESIA MENGADAKAN KONTRAK KERJA PT FI AWAL. INTINYA PAPUA DAN TIMUR LESTE ADALAH SAMA, NEGARA MERDEKA , MUNGKIN HANYA ZAMAN SAJA YANG BEDA.

KINI DUNIA MASIH MENGAKUI DENGAN DRAF NASIB BANGSA PAPUA YANG PERNAH DI GANTIKAN OLEH AMERIKA DAN PBB DENGAN DRAF KENEGARAAN ITU.

SAAT INI KITA ORANG PAPUA PUNYA TUGAS MENJELASKAN SEJARAH BANGSA PAPUA KEPADA SIAPA SAJA, JANGAN SIFATNYA MEMBENARKAN DRAF NASIB HIDUP BANGSA PAPUA YANG PERNAH DI GANTIKAN OLEH AMERIKA DAN PBB SEBELUM NEW YORK AGREEMENT ITU, TAPI JELASKANLAH SEJARAH BANGSA PAPUA YANG BENAR PADA SIAPA SAJA, AGAR MEREKA PUN MEGETAHUI SEJARAH KEMERDEKAAN BANGSA PAPUA SECARA UTUH. (VOT/Piche)

(MAT JUANG UNTUK BANGSA PAPUA)
MERDEKA....




Gletser Papua Terancam Hilang dalam 20 Tahun

Kondisi gletser di Puncak Jaya diambil dari Citra Landsath. Foto di ujung kiri merupakan kondisi di tahun 1990 yang memperlihatkan lima gletser. Seiring foto yang berderet ke kanan, jumlah itu makin menyusut hingga foto di ujung kanan pada tahun 2010. Hanya tiga gletser dengan kondisi mengenaskan yang tersisa. (Warsono/NGI)

Pemanasan global mulai memperlihatkan dampaknya pada penghuni Bumi. Bukti keberadaannya kali ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia dengan foto dari satelit NASA mengenai kondisi es di Puncak Jaya, Papua.

Imaji satelit yang dirilis pekan lalu oleh NASA menunjukkan hilangnya gletser di Puncak Jaya yang merupakan bagian dari Barisan Sudirman. Puncak Jaya memiliki nama lain Carstenz Pyramid, warga lokal menyebutnya Ndugu-Ndugu.

Foto diambil menggunakan Thematic Mapper (TM) di Landsat 4 dan 5. Di ketinggian 4.884 meter, foto satelit NASA membandingkan kondisi gletser di tahun 1989 dan 2009. Tahun 1989, ada lima gletser di Puncak Jaya. Namun, 20 tahun kemudian, tepatnya pada 2009, dua dari lima gletser itu hilang sama sekali. Sedangkan sisa tiga gletser lainnya berkurang secara drastis.

Menurut Ardheshir Yaftebbi, salah satu pendaki dalam ekspedisi 7 Summits yang mencapai puncak Carstenz Pyramid -puncak tertinggi di komplek Pegunungan Jayawijaya- pada April 2010, ia dan timnya menjadi saksi penyusutan es.

"Saat itu kita melihat salju (di sekitar Carstenz Pyramid) hanya tinggal dua kilometer persegi. Di tahun 1930, salju itu mencapai 20 kilometer persegi," kata Ardhesir saat berbincang dengan National Geographic Indonesia, Rabu (5/9).

Ditambahkannya hal ini sangat menyedihkan karena Puncak Jaya merupakan satu-satunya lokasi di Indonesia yang memiliki es. "Jayawijaya disebut sebagai es abadi, tapi ternyata diprediksi tidak akan ada salju lagi pada lima hingga sepuluh tahun mendatang," ujar Ardeshir yang juga Ketua Tim Ekspedisi 7 Summits yang dimulai tahun 2010 dan berakhir pada Juni 2012.

Carstenz Pyramid masuk sebagai tujuh puncak tertinggi di dunia. Bersama dengan Gunung Kilimanjaro (Tanzania, Afrika), Elbrus (Eropa), Aconcagua (Amerika Selatan), Denali (Amerika Utara), Vinson Massif (Antartika), dan Everest (Nepal, Asia).
Gambar: Voice Of Tigidoo
Dengan kondisi suhu Bumi saat ini, NASA memprediksi seluruh gletser di Papua akan musnah pada 20 mendatang. Para peneliti juga sudah menyebutkan, hal ini terjadi karena berbagai faktor. Seperti perubahan suhu, kelembapan, hujan, dan pergerakan awan. Kondisi iklim dan penggundulan hutan juga turut berpartisipasi.

"Ini bukan peringatan pertama dan bukan hanya terjadi di negara kita. Es di Antartika juga mencair dan berada pada titik terendah," kata Direktur Program Iklim dan Energi WWF Nyoman Iswarayoga.

Untuk mencegah perubahan iklim lebih lanjut bisa dilakukan beberapa hal, baik secara kolektif maupun individu. Kolektif bisa berwujud gerakan masyarakat yang diwadahi pemerintah. Sedangkan gerakan individu dimulai dengan perubahan gaya hidup yang lebih "hijau.
Sumber: http://sains.kompas.com

komenta berita terbaru